tag:blogger.com,1999:blog-31907241529742816802024-03-13T07:54:37.645-07:00Arsip MuslimArsip berita dan artikel muslim pilihan dari berbagai sumberAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/11789831348911184210noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-34121828307438311282015-11-20T14:45:00.005-08:002015-11-20T14:45:47.810-08:00Kisah Taubat Seorang PemudaMalik bin Dinar bercerita:<br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
كان لي جار يتعاطى الفواحش فأتى إلي الجيران يشكون منه فأحضرناه وقلنا له: إن الجيران يشكونك فسبيلك أن تخرج من المحلة فقال: أنا في منزلي لا أخرج قلنا: تبيع دارك! قال: لا أبيع ملكي قلنا: نشكوك إلى السلطان قال: أنا من أعوانه قلنا: ندعو الله عليك قال: الله أرحم بي منكم.<br />قال: فلما أمسينا قمت وصليت ودعوت عليه فهتف بي هاتف: لا تدع عليه فإنه من أولياء الله تعالى.<br />فجئت إلى باب داره ودققت الباب فخرج فظن أني جئت لأخرجه من المحلة فتكلم كالمعتذر.<br />فقلت: ما جئت لهذا ولكن رأيت كذا وكذا فوقع عليه البكاء وقال: إني تبت بعد ما كان هذا ثم خرج من البلد فلم أره بعد ذلك.<br />واتفق أني خرجت إلى الحج فرأيت في المسجد الحرام حلقة فتقدمت إليهم فرأيته مطروحا عليلا فلم ألبث أن قالوا مات الشاب رحمه الله.</blockquote>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
Dulu saya punya tetangga seorang pemuda yang gemar bermaksiat dan melakukan perbuatan kotor. Lalu para tetangganya mendatangi saya dan mengadukan perilaku pemuda tersebut.<br />
<br />
Kami panggil pemuda itu dan kami sampaikan, "Para tetanggamu mengadukanmu. Solusinya kamu harus pindah dari tempat ini."<br />
<br />
Pemuda itu menjawab, "Saya di rumah saya sendiri. Saya tidak mau pindah."<br />
<br />
Kami bertanya, "Apakah kamu bersedia menjual rumahmu?"<br />
<br />
"Saya tidak mau menjual barang milik saya." Jawabnya.<br />
<br />
"Kalau begitu kami akan melaporkanmu kepada pihak berwajib."<br />
<br />
"Saya termasuk pegawai yang berwajib." Jawabnya.<br />
<br />
"Kalau begitu kami akan berdoa kepada Allah supaya anda celaka." Ancam kami.<br />
<br />
Dia menjawab, "Justru Dia lebih kasihan kepadaku daripada kasih kalian."<br />
<br />
Ketika sore hari, saya berdiri shalat dan hampir mendoakan celaka untuknya. Tiba-tiba terdengar suara, "Jangan doakan celaka. Dia termasuk wali yang dicintai Allah."<br />
<br />
Saya langsung bergegas mendatangi pintu rumahnya dan mengetuknya. Dia keluar dan mengira bahwa saya akan mengusirnya seperti waktu lalu.<br />
<br />
Dia meminta maaf. Saya jawab, "Saya datang ke sini bukan untuk mengusirmu. Tapi baru saja saya melihat kejadian yang cukup aneh." Lalu saya ceritakan kejadian yang saya alami tadi.<br />
<br />
Dia menangis lalu mengatakan, "Sungguh saya telah bertaubat setelah waktu itu."<br />
Akhirnya pemuda itu pergi meninggalkan kampungnya. Saya pun tidak pernah lagi melihatnya setelah itu.<br />
<br />
Hingga akhirnya pada suatu musim haji. Saat pergi haji, saya melihat di Masjidil Haram orang-orang berkerumun. Ternyata mereka mengelilingi pemuda tersebut. Saya melihatnya dalam keadaan tergeletak memprihatinkan. Tidak lama setelah itu orang-orang mengatakan bahwa pemuda itu telah meninggal dunia. Semoga Allah merahmatinya.<br />
<br />
Pelajaran:<br />
<br />
<ol>
<li>Nasib setiap orang ditentukan pada akhir hayatnya. Jika akhirnya baik, ia akan beruntung. Begitu sebaliknya.</li>
<li>Kita tidak boleh memvonis orang lain dengan surga atau neraka selama ia masih hidup.</li>
<li>Pentingnya mengingatkan dan menasehati saudara kita yang bergelimang maksiat.</li>
</ol>
<br />
<br />
Sumber: "Kitab At Tawabin" (Kisah Orang-orang yang Bertaubat) karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy. Diterjemah oleh: Abul Faruq Danang Kuncoro W (semoga Allah mengampuninya).<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-72463922030033325362015-11-18T18:10:00.001-08:002015-11-18T18:10:38.133-08:00Keturunan Itu Sebuah Kehormatan Bagi Sang Orang Tua<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Keturunan itu sebuah kehormatan bagi sang orang tua. Di negara manapun, budaya apapun, semua sama dalam memandang keturunan, ia merupakan sebuah kehormatan dan juga sekaligus kebanggaan. Dan semua orang tua pasti senang jika memiliki keturunan; buah hati belahan jantung penerus cerita pelanjut sejarah. Banyak yang kecewa jika mendapati pasangan atau anaknya tidak punya keturunan, walaupun tidak sedikit yang mampu bersabar.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Syariat mengamini tabiat manusia yang satu ini, bahwa</span><span class="text_exposed_show" style="color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"> dalam keluarga, anak keturunan adalah sebuah kehormatan yang sangat dibanggakan. Maka dalam 5 prinsip maqashid syariah (al-kubro), Menjaga keturunan (Hifdzu al-Nasl) masuk di antara 5 itu, yang beberapa ulama menulisnya dengan redaksi Hifdzu al-'Irdh (menjaga kehormatan). Bahkan beberapa ada yang memisahkannya yang akhirnya membuat maqhsid syariah berjumlah 6.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Karenanya wajar jika banyak orang memanggil orang lain dengan nama keturunannya, sebagai bentuk penghormatan kepada yang bersangkutan. Dan penghormatan seperti itu ada di setiap negara, termasuk juga di negeri Nabi Muhammad s.a.w., dan bahkan sebelum beliau s.a.w. diangkat menjadi Rasul, budaya itu sudah ada. Biasa dengan sebutan "abu" lalu disandingkan dengan nama anaknya, atau "ummu" bagi wanita.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Di Indonesia pun ada penghormatan seperti itu. Kita dalam bertetangga sering mendapati itu, bahwa banyak tetangga kita yang memanggil tetangga lain dengan panggilan "Papa Raihan"; karena si orang tersebut punya anak namanya Raihan, ibunya pun dipanggil dengan sebutan " Mama Raihan". Penghormatan seperti ini yang akhirnya membuat hubungan bertetangga menjadi hangat dan erat.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Yang namanya Penghormatan itu biasanya memang berbeda dari negara ke negara lain, dari budaya ke budaya lain. Di satu budaya, suatu bahasa bisa disebut kasar, akan tetapi di budaya lain berbeda. Panggilan dengan nama tertentu bisa membuat orang semakin akrab dan hangat, tapi bisa saja berbuah sebaliknya di daerah berbeda. Maksudnya jangan sampai tujuan penghormatan yang mulia itu berbuah renggangnya ukhuwah.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Karenanya, selama tidak melanggar syariah, ikuti budaya di mana kita tinggal agar ukhuwah terjaga. Toh Nabi s.a.w. pun dulu memakai pakaian yang sama dengan budaya yang ada. Tidak memilih berbeda. Tapi yang kita dapati bahwa Nabi s.a.w. punya akhlak mulia yang jauh berbeda dari manusia-manusia yang ada.</span><br />
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
-wallahu a'lam-</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
sumber status fb Ahmad Zarkasih</div>
</div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-31968097387331497552015-11-10T23:02:00.003-08:002015-11-10T23:04:08.912-08:00Pujian Imam Ahmad bin Hanbal Kepada Imam Syafi'i Muhammad bin Al Bazzaz mengatakan: Saya pernah mendengar ayah saya bercerita:<br />
<br />
Saya pernah pergi haji bersama Ahmad bin Hanbal. Ketika di Makkah, kami tinggal di satu tempat, yaitu di sebuah rumah.<br />
<br />
Suatu hari, Ahmad bin Hanbal keluar rumah lebih awal. Saya pun keluar setelahnya.
Usai shalat shubuh, saya mengelilingi masjid hingga sampai pada majelis pengajian Sufyan bin Uyainah.<br />
<br />
Saya kelilingi majelis demi majelis untuk mencari Ahmad bin Hanbal. Hingga akhirnya saya mendapatinya sedang bersama seorang pemuda Arab dengan pakaiannya yang berwarna.<br />
<br />
Saya mendekati mereka dan duduk di dekat Ahmad bin Hanbal lalu saya bertanya, "Wahai Abu Abdillah, mengapa kamu tinggalkan majelis pengajian Sufyan bin Uyainah padahal di sana ada Az Zuhri, Amr bin Dinar, Ziyad bin Alaqah dan para tabiin lainnya?"<br />
<br />
Ahmad bin Hanbal menjawab:<br />
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
اسكت فإن فاتك حديث يعلو تجده بنزول لا يضرك في دينك ولا في عقلك أو في فهمك وإن فاتك عقل هذا الفتى أخاف أن لا تجده إلى يوم القيامة ما رأيت أحدا أفقه في كتاب الله من هذا الفتى القرشي </blockquote>
</div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
"Hus, diam kamu. Kalau kamu terlewat suatu hadits dengan sanad yang tinggi, kamu masih bisa mendapatkan hadits yang sama dengan sanad yang rendah. Dan itu tidak membahayakanmu sama sekali, baik bagi agama maupun pemahamanmu. Tapi kalau kamu terlewat pemahaman pemuda ini, aku khawatir kamu tidak bisa mendapatkannya lagi sampai hari kiamat. Aku belum pernah melihat orang yang lebih paham tentang Al-Quran daripada pemuda dari Quraisy ini."<br />
<br />
Saya bertanya, "Siapa orang ini?"
Ahmad menjawab, "Dia adalah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i."<br />
<br />
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Sumber: Tarikh Dimasyq karya Ibnu Asakir.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Diterjemahkan oleh Abul Faruq Danang Kuncoro W (semoga Allah mengampuninya)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-45328198603128982122015-11-10T22:49:00.002-08:002015-11-10T22:54:50.052-08:00Lalan dan Rumput Sama-sama Suka Ikut-IkutanHukum kauni: Lalat mudah digiring. Anda cukup bawa kotoran Anda yang tentu tidak wangi ke manapun, maka lalat-lalat akan ikut Anda. Jika lalat tidak ikut kontribusi mengunyah kotoran Anda, minimal lalat itu menaruh tanda titik lah. Anda mungkin bukan lalatnya, dan tentu Anda tidak mau disebut lalat. Tapi status Anda ya cuma penggiring lalat.<br />
<br />
Hukum kauni: Rumput itu ikut arah angin. Angin ke utara, rumput ke sana. Angin ke selatan, rumput ke sana. Ada isu begini, rumput ya ikut. Ada isu begitu, rumput ya ikut. Kadang rumput merasa pahlawan dan rutin komentar. Ini mungkin mirip sama rumput ilalang.<br />
<br />
Lalat dan rumput sama-sama suka ikut-ikutan.
Tapi yang lebih jelek dari keduanya adalah yang menggiring atau memancing menuju kotoran, atau menghembuskan menuju arah ga jelas dengan aroma busuk.<br />
<br />
Sumber fb Hasan Al-JaizyAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-30724706098887374032015-11-10T22:39:00.002-08:002015-11-10T22:41:36.940-08:00Filsafat Bagi Aktivis Dakwah, Perlukah?Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Mungkin juga agak tergantung definisi dan konsepsi, kriteria dan model, niat dan implikasi, peranan dan tanggungjawab. Tapi narasi di bawah ini mencoba meloncat tanpa mendefinisikan terlebih dahulu. Kenapa? Karena banyak di antara kita yang juga cepat mengajukan jawaban atas pertanyaan di atas tanpa melakukan pendefinisian dan pengkonsepsian dulu wink emoticon<br />
<br />
<h3>
Pertanyaannya memang bukan "wajibkah?" tapi "perlukah?" </h3>
Anggap saja filsafat itu tidak wajib, tapi dia bisa membantu kita untuk menutupi lubang yang ada jika kita hanya membekali diri dengan ilmu2 alat islami, misalnya sebut saja yang tertinggi, ushul fiqh - yang sering kita anggap sebagai puncaknya ilmu pemikiran islami, yang kita banggakan sebagai bukti bahwa islam juga punya "ilmu pemikiran" - menghindari ungkapan ushul fiqh itu 'philosophy of law'-nya tradisi / ilmu islam (yang ditolak karena jauh-jauh hari sudah memutuskan bahwa "filsafat bukan hanya tidak islami tapi juga anti islam"). Apalagi kalau banyak polah tapi kurang bekal ilmu dasar!<br />
<br />
Gap dari dunia fiqh kita di jaman ini sederhana saja: <b>GAGAL SEJAK DARI TAHAP BERTANYA</b>, yang berakibat betulnya jawaban pun adalah jawaban yang salah, karena betulnya jawaban atas pertanyaan yang salah tetap berujung pada kesalahan. Hal ini terasa terutama di level-level besar ketika menghubungkan referensi masa lalu dengan masa kini: politik, ekonomi, pendidikan, budaya, sains, literasi dst.<br />
<br />
Ibaratnya, dalam ilmu proses kimia, salah memasukkan "raw material" yg benar dengan "kuantita" yang benar, akan gagal mendapatkan produk yang benar, meskipun "engineer"-nya sangat ahli dalam berbagai tools ilmu proses kimia, walaupun kita sangat membanggakan "pabrik/kilang kimia" yang kita punya sangat canggih dan melebihi "pabrik/kilang" milik "orang lain".<br />
<br />
Filsafat itu memang ilmu tentang tanya, bukan ilmu tentang jawab. Memang itulah kekecewaan orang yang mengira belajar filsafat itu untuk mendapatkan jawaban yang benar, apalagi kalau orang itu berlatar belakang "ilmu pasti" yang dia kira ilmu itu "harusnya pasti-pasti saja", padahal yang dikatakan "ilmu pasti" itu juga sebetulnya tidak "pasti-pasti amat" dan memang tidak harus pasti untuk menjadi sebuah ilmu. Tapi itulah repotnya dengan pengajaran sainstek di dunia ketiga yang terlepas dari bangunan epistemologinya, yang berhenti pada aspek prosedural dan imitasi ilmu, abai pada aspek enquiry dan sintesis ilmu.<br />
<br />
Bukankah mengira bisa terbebas dari "kesesatan filsafat" dengan mengabaikan penguasaan mendasar atasnya, tak beda dengan mereka yang inkar hadits karena alasan banyak hadits palsu, bukankah menghindari filsafat sehingga bisa terbebas dari keberagaman pendapat di dunia filsafat tak beda dengan menghindari belajar fiqh dan langsung menyimpulkan dari pembacaan atas teks sendiri karena banyaknya ragam pendapat di dunia fiqh? Bagaimana mungkin solusi dari kesesatan berpikir adalah dengan menghindari ilmu tentang berpikir?<br />
<br />
Kalaulah kita mengandaikan jawaban atas pertanyaan "Perlukah aktivis muslim belajar filsafat" adalah "tidak perlu" (dan banyak yang mengajukan jawaban bukan hanya tidak perlu tapi juga tidak boleh alias haram jadah)....<br />
<br />
...maka jawaban "tidak perlu" itu hanya "bisa/logis" kalau kita mengandaikan bahwa:
[segala hal ikhwal tentang berpikir secara<br />
<ol>
<li>substantif, </li>
<li>mendalam, </li>
<li>menyeluruh </li>
<li>reflektif dan </li>
<li>runtut itu] </li>
</ol>
sudah<br />
<ol>
<li>ada, embedded (terkandung) di dalam ilmu ushul fiqh - tradisi islami, </li>
<li>mendarah daging mentalitasnya dan dipraktikkan sebagai etika profesional di kalangan mereka yang berislam dengan penuh gairah itu, meskipun mereka tidak mempelajari tradisi filsafat dahulu (bukti ini pun harus menganggap terlebih dahulu bahwa praktek ilmu ushuluddin bercorak kalam yang ada di warisan ulama-ulama terdahulu sebagai tidak islami atau kurang "nyunni", tidak otentik, tidak representatif dan dengan demikian adalah bagian yang harus dipurifikasi!) </li>
</ol>
<h3>
Apakah kedua preposisi itu terpenuhi sehingga kita bisa memberi jawaban "tidak perlu"? </h3>
Saya pribadi - yang merasa sebagai bagian dari tradisi ilmu-ilmu islami, tumbuh dan besar di dalamnya, berhutang budi padanya, berikrar komitmen untuk memperjuangkannya, sangat mencintai dan menghormati orang-orangnya- ....<br />
<br />
... jujur saja saya tetap tidak bisa lari dari kesimpulan pengamatan: bahwa mentalitas itu agak kurang. Sebagian dari kita dalam jumlah yang signifikan dan representatif, setidaknya yang dinilai oleh "orang lain", terutama kita yang aktif di sosial media, justru menunjukkan mentalitas yang bukan hanya tidak kondusif untuk melatih bertanya dan berpikir secara reflektif dan mendalam, tapi juga kontra produktif untuk dakwahnya sendiri:<br />
<ul>
<li>sering ribut dan jarang merenung, </li>
<li>suka menuding keluar bukan menilik ke dalam, </li>
<li>terlalu cepat menjawab, terlalu malas bertanya, </li>
<li>gemar pada jargon, miskin substansi </li>
<li>berlebihan cakap sedikit mendengar, </li>
<li>banyak ceramah sedikit membaca, </li>
<li>mudah curiga, sulit dialog </li>
<li>buru-buru menilai padahal gagal meyakinkan </li>
<li>banyak menuntut, kurang memberi. </li>
</ul>
Mengutip kembali status saya sebelumnya, takdir ilmu itu adalah, seringkali yang paling menolak suatu ilmu ternyata adalah mereka yang justru paling memerlukannya. Kita tidak punya ilmu tentang tanya, padahal ilmu untuk mengajukan pertanyaan yang benar itu perlu, banget-banget, kalau ingin bisa mewujudkan "al islam huwal haal" atau "islam rahmatan lil 'alamin".<br />
<br />
Sumber fb Heru JatmikoAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-53604794679865770122015-11-10T22:24:00.001-08:002015-11-10T22:27:39.842-08:00Tragedi Common Sense<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Takdir ilmu, seringkali yang keras menolaknya justru yang paling memerlukannya. Misalnya mereka yang menolak perlunya belajar filsafat, justru ketika membuat pernyataan, definisi, premis, asumsi, metode, konteks, keaktualan, logika, bukti, kesimpulan, semuanya keropos dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Filsafat, minimal logika perlu untuk menjernihkan yang tidak jelas di pikiran, yang sayangnya mereka yang kepagian menolak untuk belajar mengenai hal ikhwal berpikir itu, suka sekali mengucapkan hal-hal yang sejak di pikiran tidak jelas dan runtut. Pelajaran pertama dari belajar filsafat adalah semacam kerendah-hatian: yang belum jelas ketika di pikiran, jangan diucapkan (apalagi diperjuangkan dalam perdebatan).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Misal lain, mereka yang menolak ilmu fiqh dan ushul fiqh, menganggapnya tidak terlalu perlu. Memang benar tidak perlu kalau kita tidak ingin mengucapkan sesuatu yang terkait hal ikhwal penghukuman sesuatu, sayangnya mereka justru ribut sekali berbicara tentang itu. Bahkan ada yang berlebihan menganggap ilmu fiqh itu hanya dipakai pemiliknya untuk mengakali kebenaran yang dibawa dalil (teks). Namun ketika membuat kesimpulan fiqh yang katanya mengikuti dan setia pada dalil, sejatinya itu adalah kesimpulan akalnya pada dalil, sementara akalnya tidak dididik dengan ilmu fiqh yang benar, maka yang diniatkan setia pada teks justru telah berkhianat pada teks itu sendiri. Meskipun kesalahannya ini tidak disengaja, kebutaannya pada pentingnya ilmu yang penting telah disengaja dan dengan demikian sulit dimaafkan, belum lagi berbicara dampak kerusakannya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Berapa banyak kelas menengah kita yang suka riuh berbicara politik, atau ekonomi, atau agama dan lain-lain cuma berbekal <i>"common sense"</i>? Uniknya ada tipe mereka yang mengira bisa bicara tentang agama tanpa harus bersusah payah mempelajarinya seringkali merasa lebih tercerahkan daripada mereka yang dibekali ilmu agama dengan lebih baik, yang dikesankan dan dikutip dengan cara yang menggambarkan mereka seperti manusia dari jaman onta purbakala. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Tragedi keawaman adalah merasa bisa menyimpulkan sesuatu hanya dengan bekal <i>common sense</i> belaka. Di Indonesia, sebetulnya bahkan <i>common sense</i> sering tidak sama dengan akal sehat, yang lama tidak kita latih. <i>Common sense</i> yang ada saat ini cuma klise, semacam jargon-jargon menarik tapi kosong yang digandrungi kebanyakan orang banyak.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Sumber fb </span><span style="color: #141823; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 17.5636px;">Priyo Jatmiko</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-58066759749793478992015-11-06T02:15:00.002-08:002015-11-06T02:15:43.491-08:00Bid'ah Itu Memerlukan Status Hukum<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 0px 0px 6px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Dalam bab hukum, dalam banyak kitab Ushul Fikih, para ulama merincikan bahwa hukum taklif Itu ada lima: wajib, mandub, muharram, makruh dan mubah.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Dan istilah bid'ah ternyata tidak termasuk dalam hukum yang lima. Sehingga menurut banyak ulama klasik maupun kontemporer bid'ah itu memerlukan status hukum.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Karenanya tidak heran jika banyak juga para ulama yang membagi bid'ah itu kedalam hukum yang lima itu, tergantung bid'ah itu bentuknya seperti apa.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Ada bid'ah yang wajib, ada yang mandub, ada yang haram, ada juga yang makruh, dan ada juga yang mubah.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Pandangan ini dinilai oleh sebagian lebih komprehensif, sehingga kita tidak terjebak kepada sikap buru2 menilai 'tidak baik' sesuatu yang baru, yang tidak ada di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Namun demi kehati-hatian atau bahkan sangat hati-hati, sehingga tidak heran banyak juga para ulama yang menilai bahwa semua bid' ah adalah mutlak haram.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Yang jelas, tidak serta-merta dg adanya pembagian bid'ah laju kemudian semuanya serba boleh. Dan tentunya tidak juga semua yang tidak ada di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas hukumnya haram.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Semua butuh analisis yang mendalam oleh mereka yang memang dalam ilmunya.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<i>Allahumma sholli Muhammad wa ala ali Muhammad.</i></div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<br />
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
sumber fb @SaiyidMahadhir -</div>
<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-44809889786882777572015-11-05T17:26:00.000-08:002015-11-05T17:26:08.896-08:00Adab Salam Muslim Kepada Non Muslim<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Dalam hadits al-bukhari, disebutkan kewajiban muslim menjawab salam non-muslim itu hanya dengan "wa'alaikum" (bagimu juga begitu). Tapi ini tidak bisa dipahami begitu saja, yang nantinya jika ada kerabat non-muslim memebri salam jawabnya hanya dengan ya begitu juga bagimu!”. Bukan seperti itu yang dipahami oleh ulama.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Ini harus dilihat bahwa dalam riwayat Imam Muslim dari sahabat Ibnu Umar r.a.;</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; display: block; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; margin: 6px 0px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<i>Disebutkan sebab kenapa Muslim diperintahkan mengucapkan seperti itu; karena mema<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">ng dulu, non-muslim memberi salam kepada muslim ketika itu dengan kalimat yang buruk. Redaksinya "al-Saamu 'alaikum", (kebinasaan atas kalian). Nah karena redaksi salamnya begitu, Nabi perintahkan muslim cukup dengan menjawab "wa'alaik" atau “wa’alaikum” saja.</span></i></div>
<div class="text_exposed_show" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.5636px; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div style="margin: 0px 0px 6px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px 0px 6px;">
Di sini Nabi juga mengajarkan adab. <b>Walaupun si non-muslim mendoakan kebinasaan, Nabi s.a.w. mengajari kita untuk jangan ikut-ikutan mengotori mulut dengan doa yang buruk. Karenanya Nabi s.a.w. hanya memerinahkan, "Cukup dengan wa'alaikum".</b> Indah sekali bagaimana Nabi s.a.w. mengajarkan adab, bahkan kepada orang yang sudah berbuat buruk.</div>
<div style="margin: 6px 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 6px 0px;">
Masih dalam kitab shahih al-bukhari, pada bab al-isti’dzan ketika membahas tentang hadits-hadits ‘bagaimana menjawab salam non-muslim’. Diceritakan bahwa sayyidah ‘Aisyah ketika itu sedang berada di rumah bersama Nabi s.a.w., lalu sekelompok orang Yahudi datang dan memberi salam dengan buruk, yakni dengan redaksi [السام عليكم] “al-Saamu ‘alaikum” (kebinasaan atas kalian). Marah dengan sapaan tersebut, sayyidah ‘Aisyah lalu dengan geram menjawab: [وعليكم السام واللعنة] wa’alaikum al-Saamu wa al-la’nah (bagi kalian juga kebinasaan dan laknat). Mendengar sayyidah ‘Aisyah yang marah, Rasul kemudian berkata kepadanya:</div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div style="margin: 6px 0px;">
مَهْلاً، يَا عَائِشَةُ فَإِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ</div>
</blockquote>
</div>
<div style="margin: 6px 0px;">
<i>“tenang saja wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah s.w.t. cinta kelemah lembutan dalam segala perkara”</i>.</div>
<div style="margin: 6px 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 6px 0px;">
Kemudian Nabi s.a.w. menjelaskan, bahwa menjawab salam seperti itu cukup dengan kalimat “wa’alaikum”, tidak perlu marah sambil melaknat. Karena memang Allah s.w.t. cinta kesantunan dan kelemah lembutan dalam segala perkara. Lihat bagaimana luhurnya akhlak Nabi s.a.w., yang harusnya kita meneladani itu!</div>
<div style="margin: 6px 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 6px 0px;">
Memberi dan Menjawab Salam Non-Muslim, Bagaimana Hukumnya? lengkapnya di sini:<span class="Apple-converted-space"> </span><br /><a href="http://kampussyariah.com/y.php?id=104" rel="nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;" target="_blank">http://kampussyariah.com/y.php?id=104</a></div>
</div>
<br />
Sumber fb Ahmad Zarkasih<br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-67163307775448149312015-11-04T02:06:00.001-08:002015-11-04T02:06:11.337-08:00KPR Tanpa Riba - Taman Ria Persada<br />
Assalamualaikum. .<br />
<br /> Terimakasih telah menghubungi kami KPR tanpa
riba. Mohon maaf jika selama ini kami belum sempat merespon telp, sms,
wa atau email saudara. Hal itu dikarenakan jumlah peminat yang banyak
mencapai ribuan.<br />
<br /> Melalui pesan ini, kami hendak menyampaikan beberapa info berikut:<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Nama Devloper: PT. Mitra Kurnia Persada<br /> Nama Perumahan: Taman Ria Persada<span class="text_exposed_show"></span><br /><span class="text_exposed_show"> Lokasi: Pasir Angin Cileungsi</span><br /><span class="text_exposed_show"> Marketing office: Untuk program syariah saat ini belum dibuka, insya Allah launching bulan januari 2016</span><br /><span class="text_exposed_show"> Jumlah unit: Tahap awal sekitar 150- 200 unit</span><br /><span class="text_exposed_show"> Type: 30/60</span><br /><span class="text_exposed_show"> DP: sekitar Rp. 5 juta </span><br /><span class="text_exposed_show"> Cicilan: sekitar 1 juta/bulan selama 15 tahun</span></blockquote>
<div class="text_exposed_show">
<br />
Bagi anda yang berminat, silakan mengirimkan/mengantarkan:<br />
<ol>
<li>Foto copy KTP suami istri (jika sudah menikah) </li>
<li>Fotocopy kartu keluarga</li>
<li>NPWP (jika ada) </li>
<li>Fotocopy Surat keterangan belum memiliki rumah dari kelurahan</li>
<li>Fotocopy Surat keterangan kerja dari instansi/perusahaan tempat kerja</li>
<li>Biodata berupa:<br />
<ul>
<li>Nama: </li>
<li>Ttl: </li>
<li>Status: </li>
<li>Alamat lengkap: </li>
<li>Pekerjaan: </li>
<li>Penghasilan per bulan: </li>
<li>Jumlah anak: </li>
<li>No telp: </li>
<li>No WA: </li>
</ul>
</li>
</ol>
<b>Masing-masing dua rangkap di map terpisah. Setiap map diberi nama dan no telp. Berkas-berkas tersebut diantar/dikirim ke:</b><br />
<br />
<b>Abu Jafar Cecep Rahmat</b><br /> d/a: Kantor Makki Travel Umrah Sunnah<br /> Ruko Perumahan Limus Pratama Regency<br /> Jln. Raya Narogong Blok B no. 7 Cileungsi Bogor 16820<br />
<br />
Insya Allah akan diadakan undangan/pemanggilan bagi yang segala persyaratannya lengkap. Jazakumullahu khairan. <br />
<br />
Cileungsi, 31 Oktober 2015<br /> <b>Abu Jafar Cecep Rahmat </b><br />
<br />
<i>*Dengan tersebarnya pesan ini, saya harap tidak ada yang telp, sms atau
WA yang menanyakan perihal rumah, karena tidak akan diangkat/dibalas.</i><br />
<br />
<i>Sumber https://www.facebook.com/abujafar.rahmat </i></div>
<br /><br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-22329336121874541052015-11-03T23:57:00.001-08:002015-11-03T23:58:59.010-08:00Eka Tjipta Widjaya dan Sukanto Tanoto Adalah Taipan Tertuduh Kuat Sebagai Dalang Pembakaran Hutan?Ending yang berapi-api dalam salah satu artikel berita di Majalah Mingguan "Forum Keadilan". Eka Tjipta Widjaya dan Sukanto Tanoto adalah taipan pemilik dua perusahaan raksasa yang tertuduh kuat sebagai dalang terbesar kontribusinya dalam memabukkan puluhan juta keluarga Indonesia di tengah asap. Anak-anak buah mereka bersikeras membantah dan menghindari tuduhan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-T1fPslhzmNc/Vjm57aQIELI/AAAAAAAAAAw/L2iH79E9Wc0/s1600/majalah%2Bforum%2Bkeadilan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="363" src="http://1.bp.blogspot.com/-T1fPslhzmNc/Vjm57aQIELI/AAAAAAAAAAw/L2iH79E9Wc0/s400/majalah%2Bforum%2Bkeadilan.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Majalah Forum Keadilan, sumber fb Hasan Al Jaizy</td></tr>
</tbody></table>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Pak Joko Widodo sudah menunjukkan sikap tegas kepada perusahaan penguasa hutan di Riau. Menteri Lingkungan Hi<span class="text_exposed_show">dup dan Kehutanan menjadi penyambung lidah antara pemerintahan dan PT Sinar Mas Grup milik Eka Tjipta, menggugat 7 triliun rupiah atas musibah nasional ini. Pemerintah sudah geram dan direpotkan dengan ini. Alih-alih masyarakat awam. Kesalnya luar biasa.</span></div>
<div class="text_exposed_show" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
Hanya memang karena bisa jadi mengkasuskan mereka para penjahat secara terang-terangan sama dengan bunuh diri bagi pemerintah kita, maka sampai sekarang, proses masih mengambang. Coba buka salah satu artikel di muslim.or.id yang membahas hadits hancurnya kaum jika giliran rakyat menengah atau kecil bersalah, maka segera ada eksekusi hukuman. Namun jika orang besar dan taipan bersalah walau membunuh dan menyakiti jutaan manusia, dingambangkan sampai jadi berita basi. Apa menunggu adzab dari Allah kesemua dari orang-orang yang 'ga enakan' dalam mengeksekusi penjahat karena nepotisme dan kepentingan duniawi yang terancam?</div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
Diambil dari fb Hasan Al Jaizy </div>
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-32360857105723332112015-11-03T23:30:00.003-08:002015-11-03T23:40:10.058-08:00Nikah Istibdha<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Jadi begini,</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Ternyata dulu dizaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada tradisi pernikahan jahiliyah dimana seorang suami yang sudah memililiki istri dengan sengaja meminta istrinya setelah haid untuk datang kepadalaki-laki lain, lalu bercampur dengannya layaknya, dan suainya sengaja tidak menyentuhnya sampai istrinya tadi benar-benar hamil dari hasil hubungan laki-laki lain, ini semata dilakukan hanya sekedar ingin mendapatkan keturunan yang cerdas, lalu setelah itu istrinya boleh kembali kepada suaminya yang pertama. Ini ini disebut dengan nikah Istibdha’</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Berikut teks haditsnya:</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
<div style="margin: 0px;">
كَانَ الرَّجُلُ يَقُولُ لِامْرَأَتِهِ إِذَا طَهُرَتْ مِنْ طَمْثِهَا: أَرْسِلِي إِلَى فُلاَنٍ فَاسْتَبْضِعِي مِنْهُ، وَيَعْتَزِلُهَا زَوْجُهَا وَلاَ يَمَسُّهَا أَبَدًا، حَتَّى يَتَبَيَّنَ حَمْلُهَا مِنْ ذَلِكَ الرَّجُلِ الَّذِي تَسْتَبْضِعُ مِنْهُ، فَإِذَا تَبَيَّنَ حَمْلُهَا أَصَابَهَا زَوْجُهَا إِذَا أَحَبَّ، وَإِنَّمَا يَفْعَلُ ذَلِكَ رَغْبَةً فِي نَجَابَةِ الوَلَدِ، فَكَانَ هَذَا النِّكَاحُ نِكَاحَ الِاسْتِبْضَاعِ.</div>
</div>
</blockquote>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Akhirnya pernikahan seperti ini diputus oleh Rsulullah shallallahu alaihi wasallam, begitu lanjutan dari hadist diatas. <b>Dan cerita ini menjadi sandaran para ulama untuk mengharamkan perempuan menikah lebih dari satu suami dalam waktu yang bersamaan.</b></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Lebih lanjut sebagai seorang laki-laki, jangankan menikah dengan istri orang lain, melamar perempuan yang sudah dilamar saja tidak boleh, atau menikahi istri orang lain yang sudah diceraika pun tidak boleh kecuali jika sudah habis masa iddahnya, sekali lagi, yang demikian saja tidak boleh apa lagi menikahi istri sah punya orang lain.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Dan Allah swt rupanya sudah mengingatkan:</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
<div style="margin: 0px;">
وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاء إِلاَّ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ</div>
</div>
</blockquote>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<i>Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki</i> (QS. An-Nisa: 24)</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Wallahu A’lam Bisshawab</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin: 0px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Diambil dari @SaiyidMahadhir -</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-75057382589237048972015-11-02T23:57:00.000-08:002015-11-03T19:03:52.909-08:00Zaman Penuh Fitnah Sampai Pada Tahap di Luar Akal Sehat<div style="text-align: justify;">
Zaman penuh dengan FITNAH ini sudah sampai pada tahap DI LUAR AKAL SEHAT, DICABUTNYA RASA MALU dan TAK TAHU DIRI. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Contoh-contoh</b>: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
» Dulu, cerita anak menghamili ibu nyaris tak terdengar. Sekarang? Dimana akal sehat?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
» Kalau ulama salaf dulu berbeda pendapat, saling tarjih pendapat boleh tanpa menyesat-nyesatkan sudah biasa. Sekarang? Dimana rasa malu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
» Kalau orang zaman dahulu, habis memfitnah, menyakiti dan memaki, orang yang disakiti malah berbuat baik padanya. Lantas ia tersanjung dan bertaubat tidak menyakitinya lagi. Sekarang? Dimana rasa tahu diri?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
» Agama itu sangat menjaga keselamatan diri. Sekarang malah ada oknum agama yang mengajarkan menyakiti diri. Mana akal sehat?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
» Kalo orang zaman dulu, setelah berbuat salah mereka sadar lalu minta maaf, kalau sekarang? Tak perlu, dosanya gak kelihatan kok. Mana rasa malu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
» Kita tahu, menyebutkan hal yang tidak disukai seseorang itu di hadapan orang lain itu ghibah. Tapi kok keterusan? Dimana akal sehat?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
» Seorang mu'min wajib merasakan derita mukmin yang lain. Lah Kalo selfie dengan mukmin yang sedang sakit? Mana rasa tahu diri? Tak malukah?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
» Kita tahu, dengan membakar lahan ini asapnya akan menyakiti orang banyak. Termasuk menyakiti kita (yang membakar) dan keluarga kita. Upah membakar cuma ratusan ribu, sedangkan upah menyembuhkan jutaan (kalo gak keburu mati). Lah, kok keterusan membakar? Dimana akal sehat? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
-------------------------------</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata: saya dan kita semua masih sakit jiwa, tak tahu malu, dan tak tahu diri. Lalu, sudah adakah upaya untuk memperbaiki? Sampai kapankah sakit jiwa, hilang akal, tak tahu malu ini dicabut? Lalu, kenapa kita tersinggung disebut sakit jiwa? Nyatanya iya kok?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
via fb Mochamad Ihsan Ufiq</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3190724152974281680.post-5279979074695014262015-11-02T20:33:00.002-08:002015-11-03T19:04:16.246-08:00Islam Agama Penuh Rahmat, Kaya Kasih, Serta Sayang<div style="text-align: justify;">
Islam itu agama yang penuh rahmat, kaya kasih, serta sayang. Salam (kedamaian) selalu menjadi tuntutan penganutnya untuk disebarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan terhadap binatang sekalipun, Islam tetap menuntut umatnya berkasi sayang. Dalam menyembelih saja, umat diwajibkan untuk menyembelih dengan baik, salah satu caranya pisau atau alat potong ditajamkan agar pemotongan tidak membuat si hewan sakit berlama-lama. Binatang sekitarnya pun dianjurkan untuk ditutup matanya, agar tidak melihat darah saudaaranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam bab Istinja' di kitab fiqih, ada hadits yang melarang Umat Islam untuk kencing di tanah yang ada lubangnya; khawatir di dalamnya ada semut yang akhirnya 'terzalimi' dengan 'tsunami' besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malah ada hadits yang menjelaskan bahwa ada wanita yang diadzab di neraka karena kucing, yang ia sekap tanpa dikasi makan juga tidak diberi minum. Dan sebaliknya ada yang masuk surga gara-gara kasi minum anjing yang kehausan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu binatang. Apalagi kepada manusia. Kalau cuma beda agama, Nabi s.a.w. masih bisa sangat berbuat baik kepada mereka, apalagu sesama muslim yang cuma beda kelompok saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits dinyatakan, orang yang menyebarkan kasih sayang di bumi, niscaya mendapat kasih sayangnya sang Maha kasih dan maha sayang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan sakiti saudara seagama, dan saudara antar agama kita dengan mulut dan tangan kita. -wallahul-musta'an-</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
via fb Ahmad Zarkasih</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15542073683454139695noreply@blogger.com0