Wednesday, November 18, 2015

Keturunan Itu Sebuah Kehormatan Bagi Sang Orang Tua

Keturunan itu sebuah kehormatan bagi sang orang tua. Di negara manapun, budaya apapun, semua sama dalam memandang keturunan, ia merupakan sebuah kehormatan dan juga sekaligus kebanggaan. Dan semua orang tua pasti senang jika memiliki keturunan; buah hati belahan jantung penerus cerita pelanjut sejarah. Banyak yang kecewa jika mendapati pasangan atau anaknya tidak punya keturunan, walaupun tidak sedikit yang mampu bersabar.

Syariat mengamini tabiat manusia yang satu ini, bahwa dalam keluarga, anak keturunan adalah sebuah kehormatan yang sangat dibanggakan. Maka dalam 5 prinsip maqashid syariah (al-kubro), Menjaga keturunan (Hifdzu al-Nasl) masuk di antara 5 itu, yang beberapa ulama menulisnya dengan redaksi Hifdzu al-'Irdh (menjaga kehormatan). Bahkan beberapa ada yang memisahkannya yang akhirnya membuat maqhsid syariah berjumlah 6.

Karenanya wajar jika banyak orang memanggil orang lain dengan nama keturunannya, sebagai bentuk penghormatan kepada yang bersangkutan. Dan penghormatan seperti itu ada di setiap negara, termasuk juga di negeri Nabi Muhammad s.a.w., dan bahkan sebelum beliau s.a.w. diangkat menjadi Rasul, budaya itu sudah ada. Biasa dengan sebutan "abu" lalu disandingkan dengan nama anaknya, atau "ummu" bagi wanita.

Di Indonesia pun ada penghormatan seperti itu. Kita dalam bertetangga sering mendapati itu, bahwa banyak tetangga kita yang memanggil tetangga lain dengan panggilan "Papa Raihan"; karena si orang tersebut punya anak namanya Raihan, ibunya pun dipanggil dengan sebutan " Mama Raihan". Penghormatan seperti ini yang akhirnya membuat hubungan bertetangga menjadi hangat dan erat.

Yang namanya Penghormatan itu biasanya memang berbeda dari negara ke negara lain, dari budaya ke budaya lain. Di satu budaya, suatu bahasa bisa disebut kasar, akan tetapi di budaya lain berbeda. Panggilan dengan nama tertentu bisa membuat orang semakin akrab dan hangat, tapi bisa saja berbuah sebaliknya di daerah berbeda. Maksudnya jangan sampai tujuan penghormatan yang mulia itu berbuah renggangnya ukhuwah.

Karenanya, selama tidak melanggar syariah, ikuti budaya di mana kita tinggal agar ukhuwah terjaga. Toh Nabi s.a.w. pun dulu memakai pakaian yang sama dengan budaya yang ada. Tidak memilih berbeda. Tapi yang kita dapati bahwa Nabi s.a.w. punya akhlak mulia yang jauh berbeda dari manusia-manusia yang ada.

-wallahu a'lam-

sumber status fb Ahmad Zarkasih

0 comments:

Post a Comment